Apa yang diungkapkan di media-media masa, bahwa lembaga tinggi Islam di Al-Quds telah mewanti-wantikan akan perbuatan Israel, yang melakukan penggalian di bawah Masjid al-Aqsha yang telah mengancam keutuhan masjid tersebut.


Padahal, Israel semenjak lama sudah membangun apa yang mereka sebut sebagai Haikal ketiga dibawah Masjid itu. Bahkan secara khusus, semenjak tujuh tahun yang lalu, mereka telah membangun sejumlah ruangan di bawah Masjid, dengan membuat beberapa ruangan untuk menampilkan historis Israel. Inilah sebenarnya yang menyebabkan bangunan di sekitar situ akan roboh.


Juru bicara rakyat Arab meminta dukungan masyarakat, baik dari kalangan Arab ataupun Islam untuk menghadapi proyek Israel yang mengancam keberadaan Masjid Israel. Dan ternyata teriakan bangsa Palestina ini mengenai lembah yang tandus, para pemimpin Arab bahkan menyepakati proyek KTT Beirut pada tahun 2002 tentang rekonsiliasi Israel serta pengakuanya terhadap (entitas Israel), walaupun mereka tidak menarik diri dari wilayah jajahanya.


Masih menurut media, menteri pertahanan Israel telah memerintahkan untuk membangun dua pagar di sekitar al-Quds agar mereka bisa terhindar dari keputusan Mahkamah Internasional yang menangani masalah al-Quds untuk kepentingan rakyat Palestina. Sementara itu, Israel sudah menentukan tanggal penyerangan Masjid al-AQsha setelah November 2005 kemarin dan untuk membangun Haikal ketiga yang mereka klaim. Mereka tidak tahu bahwa intifadhah kedua telah mengobarkan peperangan antara kaum muslimin dengan Israel, ketika Areil Sharon memasuki memasuki Masjid al-AQsha pada penghujung September 2000 yang dikawal ribuan serdadu Israel. Bangsa Zionis itu telah memperbaharui janji mereka untuk menghancurkan Masjid al-Aqsha yang sempat tertunda dengan beberapa sebab, diantaranya,


1. Keputusan dewan Knesset yang menjadikan kota al-Quds sebagai ibu kota Abadi Israel

2. Dukungan Amerika terhadap Israel, dengan memindahkan kedubesnya dari Tel Aviv ke Al-Quds.

3. Dukungan Gedung Putih terhadap Israel terhadap semua reolusi internasional.

4. Penundaan keputusan perbatasan al-Quds oleh George Bush hingga tahun 2006 dan sudah dua tahun berlalu 2008 belum ada keputusan apapun.


Demikianlah, permintaan bangsa Palestina terhadap para pemimpin Arab dan kaum muslimin berlalu dengan sia-sia. Tetapi pada saat yang sama masyarakat Arab dan Islam telah menunaikan kewajibannya yang merupakan bagian yang pokok yaitu mendukung intifadhah al-Aqsha.


Dari sisi akar masalah, keputusan menhan Israel, Shaol Movaz adalah membangun tembok al-Quds agar menjadi proyek percontohan bagi undang-undang “aparthead” rasialis antara satu ras, pemilik tanah dengan ras lain yang tidak memiliki hak sedikitpun atas tanah itu. Keputusan ini juga telah memecah belah komunitas bangsa Palestina di al-Quds. Dengan tindakan ini, seorang warga terpisah dari saudaranya, sambil menunggu berdirinya negara Palestina dibawah bayang-bayang Israel dan Amerika Serikat yang mengklaim bahwa penghancuran wilayah Palestina serta pemisahan satu keluarga dengan lainnya, berdasarkan hukum dan sesuai dengan undang-undang internasional. Padahal hukum tersebut juga menjamin hak-hak bangsa Palestina untuk memberikan perlawanan terhadap kaum penjajah Israel.


Dari sini, diamnya bangsa muslim atas kejahatan ini, tidak tergambar sama sekali (tidak bisa diterima). Kalaulah mereka bersikap di depan para pemimpinnya dengan sikap yang keras, sebanding dengan kejahatan Israel mengisolir wilayah Palestina serta melakukan proyek yahudisasi di wilayah itu, maka pemerintah Israel tidak akan memperlakukan warga al-Quds seperti ini, walau mereka berada di dalam wilayah Israel secara ilegal. Tidak akan ada undang-undang “pemilikan harta yang ditinggalkan pemiliknya” yang dengannya Israel berhasil merampas hak bangsa Palestina secara ilegal dan memungkinkan bagi mereka untuk mengusir warga Palestina dari rumah-rumah milik mereka.


Kejahatan Movaz yang telah merampok 800 km2 wilayah Palestina atau 10% dari tanah Palestina di Tepi Barat. Terakhir pemerintah Israel engidzinkan Fath untuk melakukan kampanye politik di wilayah itu dengan beberapa syarat tertentu.


Sekarang ini, Movaz sangat takut jumlah bangsa Arab di wilayah Israel semakin bertambah bahkan hingga 80 %nya. Diperkirakan pada tahun 2025, dua juta warga Palestina akan berhadapan dengan 1.200.000 warga Israel. Jumlah keluarga Palestina rata-rata terdiri dari 5,2 jiwa per keluarga, sementara keluarga Israel rata-rata terdiri dari 3,1 jiwa per keluarga. Dilihat dari rata-rata usia warga Palestina umumnya terdiri dari para pemuda. Jumlah anak-anak dibawah 14 tahun, mencapai 43,1 %. kira-kira 463.000 anak. 217.000 diantaranya sekarng tinggal di al-Quds.


Jika tindakan pencegahan Movaz ini jadi dilakukan, bukankah tahun 2025 sangat dekat waktunya menurut pandangannya ??


Diambil dari makalah DR. Haitsam al-Kailani pada harian Uni Emirat Arab tanggal 22/1/2006 (pi/asy)


0 comments:

Selamat Berkenalan

ALLAH Matlamat Utamaku

~ حيّ على الصلاة ~

Jom Solat..

Followers

Perkongsian


Islamic Hijri Calendar

Waktu Al-Quds

Sa'atul Misr

K.L time

TERNAKAN KITA..